Skip to main content

My First Time At French Embassy

Setelah semua dokumen saya siap untuk pengajuan visa, saya memutuskan untuk langsung pergi ke Kedutaan Besar Perancis di Jakarta pada hari Selasa (19 Agustus 2014). Saya menggunakan travel di Bandung Town Square pada pukul 05.00 WIB. Hampir saja saya telat bangun! Sampai di Gerbang Tol Halim Jakarta pada pukul 08.30 dan mobil travel saya langsung dihadang kemacetan. Mobil saya tak bergerak sama sekali selama beberapa menit. Saya sangat kuatir kalau saya akan datang telat ke Kedutaan karena mereka bisa menerima pengajuan visa hanya dari pukul 08.00 sampai 10.00 WIB saja!

Saya terus berpikir apakah saya bisa mengejar waktu untuk sampai di Menara BCA?! Tapi jalur kendaraan yang menuju ke Kuningan tidak bergerak sama sekali sedangkan jalur lain lancar. I really hate Jakarta's traffic jam! Saya tidak bisa membayangkan saya harus bekerja di Jakarta dan mengalami ini setiap harinya. Rambut saya bisa putih beruban karena stress! Haha.

Saya BBM-an dan WhatsApp-an dengan beberapa teman. Mereka meyakinkan saya bisa sampai Menara BCA dengan tepat waktu kok. Akhirnya mobil travel saya bisa melaju lagi. Pada pukul 09.05 WIB ketika mobil akan menuju Sarinah, saya melihat Menara BCA di depan. Saya bertanya pada supir “Pak kalau mau ke Menara BCA, turun di mana ya?” Dia jawab di depan bisa trus tinggal jalan. Saya pun turun dan menyebrang jalan.

Setelah berjalan semenit, ternyata saya berada di seberang Menara BCA! Jembatan penyebrangan yang terdekat tuh jembatan penyebrangan busway Tosari. Tapi itu juga lumayan jauh kalau jalan kaki. Sedangkan halte Bundaran HI lagi ga bisa dipake. Trus ada bapak-bapak yang lagi ngerokok dan duduk sekitar situ. Saya tanya dia “Pak, kalau mau ke Menara BCA itu cepetnya lewat mana ya?” Dia dengan santainya bilang “Nyebrang sini aja dek. Banyak kok joki-joki yang suka nyebrang sini juga” Saya terkejut karena jalan MH. Thamrin ini rame banget dan kendaraannya pada ngebut semua. Mana ada dua jalur busway lagi...

Si bapak itu terus meyakinkan saya untuk nyebrang lewat situ sedangkan saya berpikir dan galau. Mengejar waktu juga! Tiba-tiba si bapak bilang, “Tuh dek lagi kosong, cepetan!” Saya lihat jalan MH Thamrin di depan saya kosong, akhirnya saya pun nekat nyebrang situ. Alhamdulillah saya berhasil sampai di pembatas jalan! Tapi saya jadi tambah galau ketika saya lihat sisi jalan di depan saya rame banget! Kendaraan melaju kencang dan ga ada hentinya. Oh my God, apa yang harus saya lakukan?!

Sekitar 5 menitan saya berdiri di pembatas jalan yang besar itu menunggu jalan lengang. Akhirnya jalan agak sedikit lengang dan saya memutuskan untuk nekat nyebrang. Dari jauh mobil dan motor sudah membunyikan klaksonnya. Tapi alhamdulillah saya sampai di depan Menara BCA dengan selamat! Haha. Untung ga terjadi apa-apa dan ga ada polisi juga. Kalian jangan tiru ini ya! Meskipun seburu-buru apapun...

Kemudian saya langsung masuk ke dalam gedung. Di receptionist saya diminta KTP, tapi karena KTP saya hilang di Jakartaseminggu lalu, saya kasih paspor saya. Saya pun diminta untuk dipindai mata. Sambil mencatat data saya, seorang wanita cantik dengan ramah mengajak ngobrol. Dia bertanya saya mau ke mana. Dia terkejut ketika tahu saya dapet beasiswa dari Pemerintah Prancis. Setelah ngobrol beberapa lama, dia mengantarkan saya ke pintu masuk menuju lift. Saya pun masuk ke lift menuju lantai 40.

Begitu sampai di lantai 40 ada seorang satpam, saya bilang mau bikin visa pelajar. Dia meminta saya membawa dokumen-dokumen yang diperlukan dan memasukan tas saya ke dalam loker. Kemudian saya masuk ke sebuah ruangan untuk mengisi buku tamu dan diberi badge. Lalu bapak receptionist menyuruh saya langsung masuk menuju ruangan aplikasi visa. Tak seperti perkiraan saya, ternyata ruangannya kecil dan tak banyak orang. Hanya ada tiga orang lain kala itu. Saya pikir saya akan mengantri lama.



Sepertinya mereka bertiga sekeluarga, jadi setelah mereka beres langsung giliran saya. Saya menyerahkan dokumen saya ke seorang madame muda di balik kaca. Dia meminta no ID Campus France saya. Lalu meminta saya menunggu. Saat saya duduk, saya masihmerasa tak percaya saya saat itu bisa berada di Kedutaan Perancis! Begitu panjang dan berliku jalan yang harus saya lewati. Ciee... haha. Tapi emang bener...

Madame itu masuk ke ruangan lain untuk mengonsultasikan berkas saya ke koleganya. Saat masuk lagi, dia meminta saya untuk diambil sidik jari kesepuluh jari saya. Setelah itu difoto. Dia kemudian memberikan bukti penyerahan berkas visa. Dia bilang saya tidak usah membayar aplikasi visanya, alias gratis karena saya dapat beasiswa dari Pemerintah Perancis. Kalau saya harus bayar, harusnya saya bayar 99 euros! Lumayan juga menghemat segitu! Alhamdulillah.


Setelah itu dia bilang saya bisa menelepon Kedutaan seminggu dari sekarang untuk menanyakan apakah visa saya sudah selesai atau belum. Dan voila, beres! Saya lalu keluar lagi mengambil tas saya dan kembali menuju lobby. Wah...ternyata prosesnya cepet banget di Kedutaan dan syukur banget bisa keburu ngejar jam 10.00 WIB! Kemudian saya kembali ke Kedutaan Prancis seminggu setelahnya untuk mengambil paspor + visa yang sudah selesai. Yeay! This is my second visa on my passport! Hehe. Terima kasih Campus France Indonesia dan Kedutaan Besar Perancis di Jakarta!

Comments

Popular posts from this blog

Sastra Perancis UNPAD

Aku sekarang kuliah di jurusan sastra Perancis UNPAD.Mungkin kebanyakan orang berpikir sastra itu mudah...Tapi kenyataannya tidak. Ilmu dari segala ilmu adalah filsafat, setelah itu dibawahnya adalah logika, dan dibawahnya adalah sastra, setelah itu lalu cabang-cabang ilmu lainnya.Untuk mendapatkan gelar doktor di jurusan sastra sangatlah sulit, tidak semudah jurusan kedokteran, psikologi, ekonomi atau ilmu2 lainnya. Sastra tidak sekedar mempelajari bahasa, tapi lebih dari itu. Ketika aku ingin memilih jurusan untuk SPMB, aku putuskan memilih sastra Perancis UNPAD di pilihan kedua karena aku sangat ingin bisa berbahasa Perancis, bahasa yang sangat romantis dan elegan menurutku. Tapi Om ku berkata, "les aja bahasa Perancis kalo mau bisa bahasanya." tapi aku juga ingin mempelajari kebudayaan dan sejarah Perancis, sebuah negara yang punya pengaruh besar di Eropa dan dunia. Dan yang ibukotanya menjadi pusat mode dunia dan mempunyai ikon yang populer, menara Eiffel. Seka

Belajar dari Kesuksesan Pocari Sweat!

Siapa sih yang ga kenal Pocari Sweat ? Ya, minuman isotonik itu sekarang udah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia. Minuman ini adalah pelopor minuman isotonik di negara asalnya Jepang dan di Indonesia. Tau ga sih kalo ternyata Pocari Sweat itu waktu awal produksinya mengalami kegagalan dan penolakan oleh masyarakat? Gimana sih asal mula diproduksinya minuman ini? Penasaran kan? Coba deh liat video di bawah ini. Dengan alur cerita yang sederhana tapi menarik, pasti kalian bisa ngerti asal mula minuman ini tercipta sampe keberhasilannya sekarang. Kita juga bakal dapet banyak pengetahuan dari video ini.    Gimana? Dah ditonton kan videonya? Inspiratif banget ya videonya! Ga nyangka juga kan ternyata Pocari Sweat muncul dari ide "cairan infus yang bisa diminum" untuk mengganti cairan tubuh yang hilang melalui keringat ketika kita beraktivitas dan ternyata Pocari Sweat mendapatkan kesuksesan dengan cara yang ga gampang.   Hikmah yang bisa saya petik dari video itu a

15 Maret 2012, Saya Sidang Skripsi dan Menjadi Sarjana!

Seminggu sebelumnya... Saya, Mela, Bunga, Sheira dan Nene (Elia) sedang jalan kaki di gerbang UNPAD hendak keluar dari kampus. Tiba-tiba Sheira teriak : « Ayy, nih telepon dari Icha ! ». Lalu saya ambil handphone Sheira dan mendengarkan suatu kabar yang sangat mengangetkan bagi saya : « Rick, jadwal sidang kita dimajuin ! Jadi tanggal 15 ! », kata Icha. Perasaan saya bercampur aduk, sangat kaget sekaligus senang ! Ketika saya lihat handphone saya, ternyata ada miss called dari Icha. Saya kaget karena dua hari sebelumnya saya pasang status di Facebook « Ya Allah, semoga Kau memberikan kado terindah untuk ulang tahun saya di tahun ini. » Saya tersadar, mungkin itulah jawaban dari Tuhan. Seharusnya saya dan Icha sidang tanggal 28 Maret tetapi dimajukan 2 minggu jadi tanggal 15. Saya lalu menyelesaikan dengan cepat semua bagian skripsi yang belum selesai seperti daftar isi, sinopsis, belum lagi ditambah revisian dari pembimbing kedua. Pada hari Jumat tanggal 9 Maret saya menyebar